BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 26 Maret 2010

History of The Other Side [Chap 3]

TITTLE : History of The Other Side [Chap 3]

STARRING :
- Versailles Philharmonic Quintet
- The Gazette
- Mikazuki Terukichi no Moonrace
- Uversailles Noochan 信夢輝 みく
- Permana TheLast HumanClan
- Yuta 'uke' 毛豊
- panZie VisualKei Suki
- Hirano 松本 たかのり Takanori


GENRE : action *0*/

RATING : semua umur, termasuk kakek nenek klo masih mau baca, dan ade bayi yang udah bisa baca
*lha?

COPYRIGHT : dilindungi UUD yang berlaku buatan mika ^o^V

DISCLAIMER : TERU IS MINE!!!!! XDD
*di hajar nobu*


Minna~ T^T
Bertemu lagi dengan mika sang author gaje
Gomen baru bs lanjutin fic na. aye lg UAS soale… tp skrg suwda libur ^0^)V
Jadi fic ini akan berlanjuuuut

Masih ingatkah cerita sebelumnya??
Ini dia cuplikannya
--------
Mika & yuta berhasil lolos dari kejaran Versailles. Mereka bersembunyi di rumah mika.
Sementara itu di pihak Versailles…

“aku telah mengerahkan semua pasukan 2 dan 3 untuk menyamar jadi resepsionist seluruh hotel, tapi belum ada laporan. Aku sudah menghubungi beberapa dari mereka, tapi mereka tak melihat yuta di hotel – hotel itu. Kelihatannya mereka tak menginap di hotel. Bagaimana dengan hizaki dan yang lain?” ucap yuki
“mereka kehilangan jejak yuta” jawab kamijo
“apa?!”
“kau lanjutkan lagi tugas mu”
“baik”

Tuuut….tuuuut…


“bagaimana kamijo senpai” Tanya nobu
“mereka tak melihat yuta”
“lalu bagaimana?” Tanya teguh
“kita periksa seluruh rekaman cc tv bandara juga penyadap itu. Mungkin kita akan dapat petunjuk disana”
“baik!” ucap ketiganya berbarengan
---------

Yosh!
Please enjoy~

*****

[ keesokan harinya]

Matahari memancarkan sinarnya dari sela-sela jendela kamar mika. Membuat yuta mengakhiri tidurnya. Ia keluar dari kamar menuju ruang tamu, di sana ia menjumpai mika sedang duduk santai sembari meneguk sekaleng bir.

“ohayou mika” ucap yuta
“ohayou nona yuta” jawab mika
“dimana teru?”
“di dapur… ia sedang menyiapkan sarapan”

Tok…tok…tok…

Suara pintu yang terketuk keras itu membuat obrolan mereka terhenti. Mika dengan segera membuka pintu

“tu….tuan kai!!!” ucap mika kaget
“siapa mika?” Tanya yuta yang segera menghampiri mika

“ka…i” ucap yuta senang. Dengan cepat yuta memeluk tubuh kai
“yuta….”ucap kai sembari membalas pelukan yuta

“eh… eto…” yuta melepas pelukannya. Tersadar bahwa di hadapannya mika masih berdiri dengan muka sedikit berpaling

“silahkan masuk tuan kai” ucap mika

Kai melangkahkan kakinya masuk ke rumah mika, ia duduk di temani yuta di sampingnya

“bagaimana tuan bisa tau rumah ku?” Tanya mika
“kau pikir aku ini siapa?” jawab kai dingin
“kai~ aku kangen sekali pada mu” ucap yuta manja
“ahaha… aku juga kangen pada mu yuta”
“tapi aku sempat cemas karena semalam ada orang membuntuti ku dan kau pun terpaksa kabur dari hotel”
“maaf, mulai sekarang kita tak akan terpisah lagi”

“mika, terima kasih telah menjaga ku” ucap yuta
“iya, terima kasih kau telah menjemput yuta dengan baik” ucap kai
“itu bukan masalah tuan. Bolehkah saya menanyakan sesuatu?”
“apa?” tanya kai
“bukankah setiap bos The GazettE memiliki satu orang wakil? Seperti hal nya tuan Ruki dan aku. Dimana wakil tuan kai? Kenapa misi ini tidak di berikan padanya?”

Kai sempat terdiam. Ia mengambil nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang mika lontarkan padanya.

“wakil ku sudah mati karena melindungi ku beberapa tahun lalu”
“apa?”
“Ia tewas terbunuh saat melindungi ku malam itu. Dengan luka cukup serius ia menyuruhku pergi dari tempat itu, membuat peluang agar aku bisa kabur. Aku memang bisa kabur, tapi dia tidak. Karena itu, aku anggap ia sudah mati, dan tak pernah mengangkat wakil lagi sebagai penggantinya. setidaknya, itulah yang ku pikirkan sampai setengah tahun lalu”

“maksud tuan?”

“orang itu, aku bertemu dengannya beberapa bulan lalu, ia masih hidup. ia bercerita banyak padaku tentang kehidupannya setelah hari itu. Tapi sayangnya ia tak bisa lagi jadi anak buah ku”

“ternyata begitu ya kai? Pantas aku tak pernah melihat dia lagi di samping mu” ucap yuta.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar
“mika…. Yuta…. Sarapannya sudah jadi loh^o^. makan yuk!” ajak terukichi

Kai nampak kaget bercampur marah mengetahui hal ini. Dengan segera ia mencari asal suara barusan. Di dobraknya pintu dapur yang bahkan tak di kunci itu. Membuat pintu itu rusak dan terlepas dari tempatnya. Menimbulkan kegaduhan yang sontak membuat terukichi kaget

“siapa dia?!” tanya kai marah
“dia…hanya orang yang ku tolong di jalan tuan” jawab mika

mika menundukkan kepalanya. Entah kenapa kini ia merasa sangat takut.

“dia teman mika. Dia, mika pungut di jalan, mungkin jatuh dari jurang. tenang saja kai. Dia amnesia kok” ucap yuta mencoba menenagkan amarah tunangannya itu.

“mika… ada apa ini??” tanya terukichi heran

“Kenapa kau menolongnya? Biarkan saja orang itu mati… atau kau sudah jadi orang yang sok baik sekarang? Kau mau melawan kami?” Tanya kai
Amarah kini menyelimuti pria berambut hitam itu. Tatapannya tajam menatap terukichi yang nampak ketakutan

“dia…” mika merasakan lidahnya kini kaku
“tenanglah kai…”

“bagaimanana aku bisa tenang? kalau dia itu mata-mata bagaimana?! Bisa saja kan dia hanya pura-pura amnesia” kai masih memandang terukichi penuh amarah

“tidak, aku memungutnya dari jalan. Ia tak punya sesuatu hal pun yang mencurigakan” ucap mika masih menunduk

“ia tak punya handphone, di sini juga tak ada telpon rumah, juga tak ada akses internet dan jauh dari desa. tak mungkin ia bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Kau tenang saja. Aku percaya dia bukan mata - mata” ucap yuta yang masih berusaha meredam amarah kai

“maaf tuan… aku”

BUGH!!!

Mika tersungkur menerima tendangan dari kai. Pria itu menghajar mika. Ia menendang dan menginjak tubuh mika yang masih tersungkur di lantai berkali kali melampiaskan amarahnya.

“kali ini, sebagai rasa terima kasih ku. Aku akan mengampuni mu dan membiarkan nya. Tapi apa kau menjamin kalau dia bukan mata-mata??” Tanya kai

“iya. Kalau ia mata-mata. Saya sendiri yang akan membunuh nya” ucap mika sembari berlutut di hadapan kai

“sudah lah kai… anggap saja ini bayaran untuknya. Lebih baik kita segera pergi dari sini. Aku ingin cepat pergi dari sini”

Yuta segera berkemas kemudian pergi dengan kai. Sementara itu, mika masih duduk bersimpuh di tempatnya.

“mika…” ucap teru lirih

“diam kau!!!” teriak mika

“maaf… ini semua karna aku” ucap teru. Ia mendekati mika dan duduk di sampingnya

“ya… ini semua salah mu!” mika dengan cepat menodongkan handgunnya di kepala terukichi

Terukichi tak berontak. Ia hanya diam walaupun sebuah handgun siap tembak berada di kepalanya

“mika… satu hal yang ingin ku tanyakan. Kenapa kau menolongku saat itu kalau kau tahu begini jadinya?” tanya terukichi lembut. Tatapannya memancarkan kesedihan

“cih….” Mika melepaskan handgunnya dari kepala terukichi. Meletakkannya di tempat semula. Ia bangkit membelakangi terukichi

“kenapa mika?”

“karena kau meringis kesakitan dengan darah menghiasi setiap inchi wajahmu. Entah kenapa? Aku suka saat kau seperti itu. Aku merasa kau begitu indah”

Ucapan mika barusan membuat terukichi diam

“dan aku bersyukur karna telah menemukanmu saat itu”
“apa maksudmu?”
“kau tahu, aku ini pembunuh bayaran. Tak ada yang mau menerima ku. Hanya The GazettE saja yang mau menerima kehadiran ku. Tapi kau, dengan tenang kau bilang tak takut pada ku. Membuat ku merasa nyaman. Setelah itu, kau selalu di sini. Memperhatikanku. Aku….”

Terukichi mendekap erat mika, membuat nya tak bisa meneruskan kata-kata nya

“ayo ikut aku” ucap terukichi.

Ia menarik pergelangan tangan mika dan membawanya masuk ke dalam hutan sampai akhirnya mereka tiba di laut. Letak rumah mika memang berada di jurang dekat laut. Tak heran jika mereka bisa menemukan laut di sana. Walaupun kondisi nya tak terawat.

“sebenarnya laut di sini indah, namun sayang tak terawat” ucap terukichi

Mika hanya diam. Ia memandang laut luas yang kini ada di hadapannya

“yuk main” ajak terukichi sembari tersenyum
“main?”
“iya… main… sudah hampir sebulan aku tinggal dengan mu tapi aku tak pernah main denganmu. Kau selalu saja pulang larut malam bahkan tak pulang ke rumah membuat ku kesepian. Jadi mumpung kau ada di sini.. ayo kita main” ajaknya sedikit manja

Ia menarik tangan mika hingga keduanya mencapai bibir pantai. Deburan ombak menyapa kaki-kaki mereka…

“enaknya kita main apa yah? Gimana kalo lomba lari sampe pohon kelapa di sana? Yang kalah harus panjat pohon kelapa itu dan mengambil buah kelapanya..”

Mika hanya terdiam…

“okeh, mulai… 1… 2…. 3…” ucap terukichi.

terukichi berlari menuju pohon kelapa yang di jadikan garis finish pertandingan lari itu. Mika sedikit tersenyum melihat tingkah pria berambut putih itu yang kekanak-kanakan. Ia berlari menyusul sosok terukichi yang sudah lari lebih dulu
Dengan cepat mika menyusul terukichi

“uwa… mika! Lari mu cepat sekali” terukichi menambah kecepatan lari nya

Namun sayang, Mika sampai di pohon kelapa lebih dahulu. Menjadikannya pemenang dari pertandingan itu. Ia berdiri di sana menunggu kedatangan saingannya

“hosh… hosh…” terukichi sampai di tempat mika
“maaf terukichi, walaupun aku tak terlalu berminat untuk bertanding dengan mu. Tapi aku takkan kalah dari mu” ucap mika sembari tersenyum kecil

“wah… kau tampak manis kalau tersenyum” ucap terukichi membalas senyuman mika
“sudahlah, jangan banyak omong. Cepat kau ambil buah kelapa itu”
“iya deh… iya” ucap teru agak pundung

Sesuai janjinya, ia menaiki pohon kelapa itu dan mengambil 2 buah kelapa muda

“sini kelapanya” ucap mika seraya mengambil sebilah pisau di saku celananya
“hah? Kamu bawa pisau?”
“aku selalu membawanya kemanapun bersama handgun ku”

Mereka duduk di bawah pohon rindang menikmati buah kelapa yang baru saja mereka ambil

“seger…. Kelapa ini enak banget” ucap terukichi
“souka?” ucap mika datar. Pandangannya masih menerawang menghadap hamparan laut
“eh mika, aku boleh tanya lagi?”
“tanya apa?”
“kenapa kau memberi nama terukichi pada ku. Itukan nama yang…..” terukichi menghentikan kata-katanya. Ia sulit mengatakan bahwa nama itu bukanlah nama yang pantas untuknya

“kau ingin tahu?”
“tentu saja”
“terukichi adalah…. Nama orang pertama yang ku bunuh”
“APA!!!”
“bohong kok. Itu nama teman ku dulu”
“oh…. Lalu sekarang ia dimana?”
“entahlah… orang tuannya membawa ia pergi karna tak mau aku mendekatinya”

“wah… sayang sekali”
“memangnya kenapa?”
“lalu, kau masih merindukannya sampai kau memberikan nama itu padaku”
“ia satu-satunya teman ku dulu. Cuma dia yang mau menerimaku. Bahkan orang tua ku pun tak mau menerimaku. Aku hanya di anggap pembawa sial bagi mereka”


=========
Di sisi lain
=========

Ruki memacu mobil nya dengan kecepatan tinggi dalam perjalanannya menuju kediaman pribadinya. Sebuah mobil lain mengikutinya dari belakang

“cih…. Aku di ikuti” keluh ruki

Ruki menambah kecepatan laju mobilnya, di ikuti dengan mobil yang terus membututinya.

“ingin menangkapku? Tangkap aku kalau bisa” ruki bergumam. Dengan mahir ia mengendarai mobil itu mengikuti jalan berkelok yang terbentang di depannya. Di luar dugaan mobil itu terus membututinya, dan berada hanya beberapa meter dari mobil ruki

“sialan”

Kini jalanan lurus tak berkelok lagi. Kedua mobil itu semakin memacu kecepatannya. Sampai akhirnya mobil itu berhasil melampaui ruki dan menghalangi jalannya. Ia memposisikan mobilnya menutup semua badan jalan hingga ruki tak dapat melaju lagi. Ruki yang kesal segera turun dari mobil nya. Dua handgun kini berada di kedua tangan salah satu bos the Gazette itu.

“heh! Mau apa kau menghalangi jalan ku?” ucap ruki marah

Seorang pria berpiercing turun dari mobil itu
“yo! Cebol….” Ucap pria itu

“kau!” ruki menghampiri pria itu
“lama tak ketemu, kau masih saja cebol ruki” ucap pria itu tersenyum
“sialan kau aoi” ucap ruki kesal

Aoi merupakan salah satu bos The Gazette. Tugas utamanya adalah sebagai sumber informasi segala aktivitas yang di butuhkan oleh organisasi kriminal tersebut dalam menjalankan setiap misinya.

“kau masih saja suka kebut-kebutan aoi”
“tentu saja, hahaha”
“tumben kau menemui ku”
“kau jangan begitu padaku. Kita kan teman… masa kau tak kangen pada ku”
“sama sekali tidak”
“apa!! Jahatnya…”
“hahaha! Sudahlah, ayo ke rumah ku. Jangan ngobrol di sini”
“okeh”

Keduannya masuk kedalam mobilnya masing – masing menuju rumah ruki

0 komentar: