BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 01 Maret 2010

Descendant of Rose [part 2]




Title : Descendant of Rose

Chapter : 2/??

Genre : apa yaaaaaaaaah???

Starring :
~ Versailles Philharmonic Quintet
~ Mikazuki Terukichi no Moonrace

Author : Mikazuki Terukichi no Moonrace

Rating : 5th ke atas XDD

Copyright : di lindungi Tuhan YME


Yap...
Sudah chappie 2^^
Yei...
*geol geol gaje*


Seperti biasa,
Jika Readers sekalian mengalami tertawa tak berhenti, muntah2, kejang2, atau terkena penyakit lainnya setelah membaca fic ini... author tidak bertanggung jawab XDD

*di timpuk sendal*

Please enjoy
m(_ _)m

***

TOKYO HOSPITAL CENTER


Tok...tok...
Aku mengetuk pintu bertuliskan Dr. Yuki.
Dokter yang selama ini menangani penyakitku.
Akhir-akhir ini kepalaku semakin sering sakit.

Seorang pria berambut pirang sebahu membuka pintu.

“mika??” ucapnya saat melihatku.

Pria itu tersenyum lalu menggandeng tanganku sembari berkata.

“ayo masuk”

Detik demi detik berlalu. Tak terasa sudah 1jam lebih aku di ruangannya. Menjalani berbagai pemeriksaan atas penyakit terkutuk ku itu. Sekarang waktunya kembali ke toko.

BRUUUK

Aku menabrak pria berambut putih yang sudah tak asing lagi bagi ku

“teru...” ucapku

“mika” balasnya dengan senyuman indah.

Ia mengajakku makan siang di cafe rumah sakit. Awalnya aku menolak karena aku harus segera kembali ke toko. Tapi setelah teru menelpon jasmine-san dan jasmine-san memberi ku ijin untuk makan malam. Aku pun menuruti ajakan pria berambut putih itu.

“sedang apa kau disini teru?” tanyaku.

Mendadak keceriaan hilang dari wajahnya. Ia menunduk.

“teru...”

“sebenarnya.... waktu hidup ku sudah tak banyak lagi mika” ujarnya.
Ia mengalihkan pandangannya ke langit-langit cafe. Tatapannya kosong.

“yang bener?” tanyaku tak percaya
Aku kaget setengah mati mendengar ucapannya.

“bohong kok...” mendadak raut wajahnya berubah ceria kembali.

“hanya saja kaki ku terkilir tadi pagi”

“oh... begitu” wajah cemas ku berubah agak tenang mendengar ucapan teru.

“bohong” teru berkata lagi

“apa?! Kau mengerjaiku?”

Teru tertawa geli. Lagi-lagi ia membuat ku malu setengah mati.

“aku kemari untuk bertemu Yuki-san. Setelah itu jalan-jalan di sekitar taman rumah sakit. Tadinya aku mau ke tempat yuki-san untuk pamitan, tapi tak jadi karena aku ketemu kamu”

“eh... apa tak apa begitu? Padahal kamu mau ketemu Dr. Yuki. Tunggu... kamu kenal Dr. Yuki?”

“Tentu saja. Dia teman jasmine dan teman ku juga”

Aku semakin heran. Kenapa teru jadi begini setelah 4 tahun kami tak bertemu???
Ia benar-benar berubah.

“kamu ingat tidak saat dlu kita di suru nganterin file kantor kak hiza ke nyonya mana?”

-----FLASH BACK-----

hari itu kak hizaki sakit. Ia tak bisa masuk kerja dikarnakan kondisi tubuhnya.

“teru” ucap hizaki

“ada apa kak?” tanya teru

“tolong antarkan surat ini ke kantor”

“ajak mika yah kak” pinta teru yang malu untuk mengantarkan sendiri file tersebut. Kebetulan mika memang sedang main di rumah teru

“iya” ucap kak hizaki di sertai batuk-batuk”

“kasih ke siapa?” tanya ku pada kak hizaki

“kasih ke nyonya mana”

“nyonya mana?”

“iya, nyonya mana” ucap kak hizaki lagi

“iya... nyonya mana kak?” tanya ku

“iya.. iya antarkan surat itu ke nyonya mana?”

“iya... nyonya mana kak hiza” ucap teru

kak hizaki menggelengkan kepalanya.

“tolong antarkan file ini ke pemilik kantor itu. Namanya nyonya mana”

aku dan teru saling berpandangan. Kemudian tetawa bersama.


------- back------

“saat itu kita benar2 tampak bodoh ya teru” ucap ku sambil tertawa mengingat kejadian itu. Teru juga tertawa lepas


“teru... bagaimana kak hizaki” tanyaku tiba-tiba.


“dia sudah sembuh. Aku senang sekali. Tapi sekarang ia sibuk. Ia bekerja di perusahaan Kamijo-sama”

“kamijo-sama?”

“beliau adalah orang yang merawat kami. Teman yuki dan jasmine juga.”

“oooh” jawab ku sembari membulatkan bibir.

“kapan-kapan aku ajak kamu ketemu kak hizaki deh”

“kak hizaki pasti cantik banget ya sekarang”

“kak hizaki mah dari dulu juga udah cantik mika...”

Kami tertawa berdua.

Makanan datang. Kami melahapnya sembari terus melanjutkan obrolan panjang kami.


Selesai makan,
Jasmine-san menelpon teru. Menyuruhnya mengantarku pulang. Walaupun sungguh tak enak hati pada jasmine-san. Lagi lagi aku menuruti ajakan teru untuk mengantarku pulang.


Teru membukakn pintu depan ferrari hitamnya untukku. Aku duduk. Nyaman sekali. Kemudian ia segera memacu mobilnya. Mengantarku pulang.

Semilir AC mobil menerpa wajahku. Membuat ku mengantuk dan tertidur.

“kau manis sekali saat tidur, mika”

Suara teru terdengar samar sebelum kesadaranku benar-benar hilang

***

Saat ku buka mataku, aku sudah berada di ruangan yang tak asing lagi bagiku.

Kamarku.

Kulihat teru yang tengah tertidur di sofa, jangan-jangan ia menginap di sini??
Tiba-tiba saja mukaku memerah…

Aku bangkit dari tempat tidur ku menghampiri pria itu.
Wajahnya tenang sekali. Polos seperti anak kecil saat tertidur.
Aku mengusap rambut yang menutupi wajahnya.

“un….. mikkaaa” ucapnya seraya bangkit dari tidurnya.

“ma… ma.. maafkan aku teru. Aku tidak bermaksud membangunkanmu”.

“ga papa kok”
Ia tersenyum kemudian mengacak-acak rambutnya. Nampaknya ia masih mengantuk.

“mika..”

“iya, ada apa teru?”


“cepat sana mandi. Aku antar kamu ke tempat jasmine”.

“eeeh………. Tidak usah. Aku sudah banyak membuatmu repot”

[ Kono mama misasete ano yume no tsuzuki wo
Kesenai kizuato wo kioku wo kakikeshite ]

Dering Hp ku berbunyi. Letaknya tepat berada di meja dekat kami. Dalam Hp ku bertuliskan ‘Dr. Yuki’.

“yuki-san menelpon mu mika” ucap teru

Segera ku angkat telpon itu

“moshi moshi” ucapku

“mika… hasil pemeriksaan terakhir mu sudah keluar” balasnya dengan nada sendu

“bagaimana hasilnya?”

“kanker otakmu sudah semakin parah. Mungkin sebaiknya kau di rawat dan menjalani kemoterapi”.

Ucapan Dr. yuki barusan benar-benar bagaikan petir di siang bolong. Membuat ku syok…

“ap…pa?”

Aku masih tak percaya. Dari mana aku mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit? Untuk makan saja pas-pasan.


“tapi kalau tidak, penyakitmu akan lebih parah dari sekarang. Mungkin tinggal 1 atau 2 bulan lagi kamu bisa hidup” suara Dr. yuki terdengar begitu khawatir.

Ucapan itu… benar-benar membuat ku tak berdaya.
Tiba-tiba tubuhku lemas,
Kepala ku mendadak sakit,
HandPhone yang tadi ku gengam jatuh begitu saja.
Terdengar Dr. Yuki memanggil manggil.
Begitu juga dengan teru

“mika… kau kenapa? Mika… Mika…. ”

Aku tak bisa membalas ucapan teru.
Dalam sekejap kesadaran ku segera hilang.

***

TBC

0 komentar: